Author : UnknownTidak ada komentar
Beredar surat pemberitahuan dari Satuan Brimob Polda Jawa Barat bernomor B/132/I/2017/Satbm yang ditujukan kepada Kapolsek Mega Mendung, Danramil Mega Mendung, Camat Mega Mendung dan kepala Desa Suka Galih Mega Mendung, Bogor.
Surat bertanggal 21 Januari 2017 yang ditandatangani AKBP Budi Satrijo, SIK, M. Hum itu berisi pemberitahuan tentang akan diadakannya latihan kemampuan tim tindak Sat Brimob Polda Jawa Barat di dekat Pesantren Agrokultur milik Habib Rizieq Shihab, Kampung Lemah Nendet Desa Suka Galih Kecamatan Mega Mendung, Bogor pada tanggal 26 hingga 29 Januari 2017.
Dalam surat itu disebutkan, latihan akan diikuti 80 orang personil dan merupakan latihan tentang penertiban dan penegakan hukum organisasi radikal dan anti Pancasila.
Surat yang ditembuskan ke Kapolres Bogor itu, kemudian ditindaklanjuti oleh Kapolres Bogor dengan membuat surat serupa yang ditujukan kepada Kepala Desa Suka Galih, Mega Mendung dengan perihal pemberitahuan pinjam pakai lahan daerah latihan militer.
Beredarnya surat dan rencana pelatihan tentang penertiban dan penegakan hukum organisasi radikal dan anti Pancasila oleh anggota Brimob Jawa Barat di dekat Pesantren Agrokultur pimpinan Habib Rizieq Shibab itu, mau tak mau mengundang sejumlah reaksi.
Koordinator KomTak, Lieus Sungkharisma menilai janggal lokasi itu jadi pilihan latihan Brimob Polda Jabar mengingat hubungan antara Habib Rizieq dan Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol. Anton Charliyan, sedang memanas.
"Kita jadi menduga-duga, jangan-jangan latihan itu hanya untuk memberi tekanan kepada Habib Rizieq yang hubungannya sedang tidak mesra dengan Kapolda Jawa Barat," ujar Lieus.
Apalagi, tambah Lieus, latihan itu hanya diikuti 80 orang personil. Itu artinya, markas Brimob masih sangat luas untuk bisa menjadi tempat latihan.
"Jadi kenapa harus memilih lokasi di dekat Pesantren Habib? Apalagi judul latihannya tentang penertiban dan penegakan hukum organisasi radikal dan anti Pancasila," tanya Lieus.
Begitupun, ia masih bersangka baik terhadap pemilihan lokasi itu dan berharap tak ada maksud apa-apa.
"Kalau pemilihan lokasi itu dimaksudkan untuk memberi tekanan pada Habib Rizieq dan FPI, jelas itu cara-cara yang tidak bisa dibenarkan. Itu akan menjadi teror bagi para Santri," kritiknya.
Karena itulah Lieus meminta Presiden Jokowi untuk tidak berdiam diri. Sebab Presiden Jokowi sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan harus turun tangan membenahi upaya penegakan hukum yang selama ini terkesan sangat tidak adil itu.
Masak sih orang yang benar-benar membela NKRI dan ingin menegakkan Pancasila, justru diperlakukan seperti itu?" cetus Lieus.
sumber : rmol
Artikel Terkait
Posted On : Kamis, 26 Januari 2017Time : 07.32